Saturday, July 21, 2012

Lebaran Adat Ala Wetu Telu di Bayan

Lombok Utara - Hari ini, senin 13 September 2010, puluhan kiyai lebe, pengulu, ketip, modin dan kiyai santri melaksanakan sholat Idul Fitri 1431 H, di masjid kuno Desa Bayan Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara.

Takbir bergema dari masjid tua yang berukuran 9 x 9 meter persegi dengan lantunan khas tembang Bayan. Setelah sholat Id yang dipimpin Kiyai Lebe, usai berdirilah salah seorang kiayi santri mengambil sebuah tongkat dan membaca shalawat Nabi sebagai pertanda khutbah Id di mulai.

Khutbah Id kali ini disampaikan oleh Ayasih, salah seorang kiyai santri dengan menggunakan bahasa Arab. Pembacaan khutbah yang dilakukan oleh sang khotib memang sedikit lama yaitu sekitar 30 menit.

“Khutbah yang dibaca sebenarnya tidak terlalu panjang. Tapi karena dibaca dengan sedikit tembang, sehingga memakan waktu lebih setengah jam”, tutur Kertamalip, kepala Desa Karang Bajo.

Sholat Idul Fitri sendiri, dimulai sekitar pukul 11.00 hingga 12.00 wita yang diikuti sekitar 44 kiyai pengulu dan mendapat liputan dari berbagai media, baik media elektronik maupun cetak.

Seperti diketahui, bahwa penduduk yang tinggal di Pulau Lombok sebegian besar beragama Islam, kecuali Suku Bali beragama Hindu dan Budha dan sebagian kecil beragama Kristen protestan dan katholik.

Islam masuk ke Pulau Lombok diperkirakan pada abad ke VI yang dibawa oleh Sunan Prapen putra dari Sunan Giri, salah seorang wali songo dari pulau Jawa. Sebelum itu penduduk Lombok menganut paham animisme, kemudian datang agama Budha dan Hindu, serta beransur-ansur beralih ke agama Islam.

Menyoroti tentang pelaksanaan ibadah puasa dan solah Idul Fitri, masyarakat adapt Wetu Telu di Bayan memulai puasanyanya pada tanggal 3 Ramadhan dan berakhir pada tanggal 3 Syawal. Bulan yang tampak dilangit tidak dianggap sebagai dasar penanggalan sebagaimana layaknya umat Islam dengan syari’at murni.

Pelaksanaan sholat Idul Fitri, yang dilaksanakan oleh para kiyai adat Wetu Telu di Bayan, memang tidak ada bedanya dengan pelaksanaan sholat Id pada tanggal 1 Syawal. Hanya bedanya dilaksanakan 3 hari setelah sholat Id umat Islam di seluruh dunia.

Sementara masyarakat adat yang tidak ikut ke masjid, di masing-masing kampung menyediakan hidangan bagi para kiyai. Ada yang memotong kambing ada juga kampung (gubug) memotong sapi. Dan hidangan ini akan diantar ke masjid kuno pada sore hari.
Demikian sekelumit tentang pelaksanaan sholat Idul Fitri yang dilaksanakan masyarakat adat Wetu Telu di Bayan. (ari-primadona)
 
Retrieved from: http://primadonalombok.blogspot.com/2010/09/lebaran-adat-ala-wetu-telu-di-bayan.html 
 

Komunitas Adat Wetu Telu Laksanakan Sholat Idul Adha

Primadona FM - Primadona FM
Bayan-Lombok Utara: Pada hari selasa siang (1/12), para tokoh adat Bayan melaksanakan Sholat Idul Adha di Masjid Kuno Bayan Beleq. Pelaksanaan sholat Idul Adha yang berlangsung khidmat itu dilaksanakan sesuai dengan aturan adat yang disepakati oleh komunitas Wetu Telu Bayan yang senantiasa dipelihara dan dilakukan secara turun temurun.
 Menurut Jitrasih (52) Pengulu Adat Bayan mengatakan, bahwa masyarakat Bayan Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara, sudah melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam termasuk sholat Idul Adha sejak abad ke 10 masehi. Beliau memastikan bahwa Islam mulai berkembang di Bayan sejak tahun 1020 masehi yakni dengan didirikan masjid kuno Bayan.
Selanjutnya dalam pelaksanaan sholat dan ibadah-ibadah keagamaan lainnya, masyarakat adat Bayan menunjuk kiyai yang berjumlah 44 orang. Kiyai ini dibagi dua yaitu 4 kiyai kagungan yang terdiri dari Pengulu (imam), Lebe (muazin), ketif (khotib), dan Mudim (marbot). Sedangkan yang kedua- Adalah kiyai santri yg terdiri dari 40 orang, mereka bertugas sebagai makmum dalam pelaksanaan sholat.
Demikian dikatakan oleh Penghulu Adat Bayan ketika ditemui di Masjid Kuno setelah memimpin pelaksanaan sholat idul adha. Menurutnya solat Idul Adha tahun ini juga dilakukan oleh 44 orang yang telah ditunjuk sebagai kiyai adat oleh masyarakat adat Bayan. Solat id' tahun ini agak terlambat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, yang biasa dilaksanaannya mulai pukul 09.00 wita pagi. Namun, karena para kiyai agak lambat dalam persiapan maka solat baru bisa dilaksanakan jam 11.00 siang.
Pelaksanaannya cukup lama yakni sekitar 1 jam lebih. Cara pelaksanaan lebaran adat ini tidak jauh beda dengan pelaksanaan hari raya pada masyrakat penganut Islam ortodok. Bedanya hanya pada khutbah, yang melaksanakan, dan cara bersaf para pelaksana. Dari hasil pengamatan kami khutbah yang dibacakan oleh Kiyai Ketib. Isi-Khotbah semuanya berbahasa arab dan terdiri dari cuplikan-cuplikan ayat-ayat Al- Quran. Cara membacanya seperti orang membaca tembang atau takepan, dan jika khotib mengucapkan kata-kata takbir maka semua makmum mengikutinya. Hal ini cukup unik dan memiliki makna tersendiri bagi para penganut ajaran adat wetu telu Bayan.
Dilain sisi khotbah yang dibaca oleh ketib juga khotbah yang khusus yang panjangnya sekitar dua depa. Ketika membaca khotbah kiyai ketib duduk diatas mimbar (faksi : bayan) dengan tongkat (cungka : bayan) besi ditangan kanannya.
Menurut A. Sura (kiyai adat dari Karang Bajo), isi khotbah idul adha sebagian besar menceritakan tentang perjalanan nabi ibrahim dan nabi ismail. Selain itu isi khutbahnya juga menghimbau umat Islam untuk berkurban dan mematuhi perintah sang pencipta (neneq epen ta: bahasa Bayan). "Hal ini membuktikan bahwa nilai-nilai Islam yang dilaksanakan oleh masyarakat adat Bayan tidak menyimpang dari ajaran agama Islam yang sempurna" ungkap A. Sura.
Mengenai pelaksanaan solat Id' hanya dilaksanakan oleh 44 orang kiyai saja dimana mereka bertanggung jawab atas masyarakat lainnya dalam pelaksanaan ritual keagamaan. Oleh karena itu masyarakat berkewajiban memberikan sedekah lebaran kepada para kiyai pada malam lebarannya.
Cara pengaturan saf saat pelaksanaan solat id' (lebaran adat) sangat berbeda dengan ajaran Islam ortodok, dimana dibelakang imam (pengulu) berdiri tiga makmum (lebe, ketib, dan modim), sedang kiyai santri bersaf di belakang. Dan pada bagian sebelah kanan ada 20 orang kiyai yg berdiri menjadi dua saf dan disebelah kanan 20 orang dengan saf yang sama. selanjutnya dibagian tengah-tengah dalam masjid kosong menyerupai sebuah lorong.
Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang mencolok antara Islam yang dianut adat wetu telu Bayan dengan Islam yang dianut oleh masyarakat kebanyakan. Namun perbedaan tersebut tidak mengubah arti haqiqi dari hikmah sholat Id.
Hal unik lainnya yang dapat disaksikan dalam pelaksanaan solat-(lebaran adat Bayan) adalah cara berpakaian para kiyai yang melaksanakan solat Id', dimana para kiyai menggunakan pakaian kebesaran mereka dengan kelengkapan sapuk egal (ikat kepala) warna putih, baju kemeja putih, kain songket (dodot), dan sabuknya (kain rejasa), yang oleh H. Amir Itradi, mengatakan itu menunjukkan kesucian dan kekompakan dalam mendakwahkan ajaran agama Islam.
Diakhir pelaksanaan solat Id para kiyai bersalaman dengan cara yang unik pula, yakni mirip dengan gaya keraton. Dari hal ini bisa kita perediksi bahwa tata cara pelaksanaan peribadatan masyarakat komunitas adat Bayan mendapat pengaruh dari jawa. Penetapan hari dan tanggal pelaksanaan hari raya Islam di Bayan ditetapkan berdasarkan penanggalan Bayan. Menurut H. Amir Itradi, "Bayan memiliki penanggalan sendiri. Dan penanggalan Bayan berbeda tiga hari dengan penanggalan nasional. Jika pada penanggalan Bayan tanggal 1, maka tanggalan hijriah tanggal 4.
"Jadi-Jika hari raya Idul Adha pada bulan hijriah jatuh pada tanggal 10, maka pada tanggalan bayan itu jatuh tanggal 7. Sehingga hari raya Idul Adha di Bayan jatuh pada tanggal 14 hijriah,atau selang 3 hari", kata H. Amir ketika diwawancarai sehabis solat Id' di masjid kuno Bayan. Setelah melakukan solat id' para kiyai berkeliling di setiap kampung yang ada di Bayan untuk memberikan doa dan dzikir pada masyarakat yang meroah lebaran di rumah mereka. Asri Spd  (Baca berita terbaru KLU di http://primadonalombok atau sasakdayangunung.blogspot
 
Retrieved from:http://suarakomunitas.net/baca/5675/komunitas-adat-wetu-telu-laksanakan-sholat-idul-adha.html  


No comments:

Post a Comment