Tuesday, February 5, 2013

"Unsolved Cases 2005" tayangan Metro TV memicu penggerebegan "Kerajaan Eden"



Pada 10 Desember 2005 lalu, Metro TV menayangkan program tentang
aliran-aliran sesat bertajuk "Unsolved Cases 2005". Salah satu aliran
yang ditayangkan adalah "Tahta Suci Kerajaan Tuhan Eden" yang dikelola
oleh Lia Aminuddin, mantan host sebuah acara merangkai bunga di TVRI.
Program ini secara tak langsung telah menghakimi kelompok-kelompok tertentu
karena dikategorikan sebagai aliran sesat. Apakah semudah itu menuding
sebuah kegiatan keagamaan sebagai sesat? Apalagi itu dilakukan oleh
sebuah media massa yang ditonton jutaan pasang mata.

Tak pelak, tayangan ini memicu kegelisahan masyarakat. FPI pun
bergegas menggelar tabligh akbar di masjid dekat markas Kerajaan Eden. Polisi
pun lalu menyeret Lia Aminuddin bersama para pengikutnya untuk diperiksa
(29/12).
Kabar terakhir, perempuan asal Makassar yang dulunya berjilbab dan aktif
di pengajian itu diancam kurungan penjara selama lima tahun.

Pertanyaannya: Dengan tindakan penggerebekan itu, apakah Metro TV merasa
berjasa atau malah kebalikannya? Metro TV secara sengaja atau tak sengaja
telah melakukan penghancuran sekelompok manusia yang punya cita-cita,
impian, dan angan-angan yang berbeda dengan kita. Tayangan Metro TV tersebut
telah menanamkan kebencian masyarakat terhadap sebuah kelompok yang
dituding sesat.

Pertanyaan lainnya: Apakah tayangan ini adalah "pesanan"
kelompok tertentu sekadar "menebus dosa" kala Metro TV menayangkan Gus
Dur dan Dhani Dewa yang terkesan memojokkan MUI? Walahualam, hanya
petinggi Metro TV sang pemberi order yang tahu.....

Pendapat Gus Dur

Mantan Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berpendapat,
seharusnya pemerintah membuka pintu dialog saat menghadapi aliran
keyakinan yang dinilai menyesatkan, seperti aliran Salamullah yang
dipimpin Lia Aminuddin.

"Kalau (Lia Aminuddin atau Lia Eden, red) memang menyesatkan,
seharusnya bukan ditangkap, tapi diajak bicara yang benar," saran
Gus Dur saat menggelar konferensi pers di Jakarta, Rabu (28/12/2005) malam.
Selain Gus Dur, konferensi pers yang digelar usai Silaturahmi Alim-Ulama
dan Renungan Akhir Tahun bertema Menebar Perdamaian Menolak Terorisme
itu juga dihadiri Ahmad Syafii Maarif dan Franz Magnis Suseno.

selengkapnya:

http://gusdur.net/indonesia/index.php?option=com_content&task=view&id=2408&Itemi\
d=1



No comments:

Post a Comment