Available at: http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=39107&idc=1
Judul : | Tahlilan dalam perspektif sosiologis |
Pengarang : | Yanani Djamaluddin |
Sumber : | Realita : jurnal ilmu sosial |
Penerbit : | Lembaga Penelitian Universitas Merdeka Ponorogo |
Kode Panggil : | 300.5 Rea |
Tahun Terbit Artikel: | 2005 |
Volume : | 1 |
No : | 2 |
Halaman : | 62-76 |
Kata Kunci : | Faith; Islamic law; Sociology |
Sari : | Tahlilan sebagai aktivitas mengenang almarhum keluarga yang telah meninggal merupakan hasil sinkritisme antara agama Islam dengan agama pribumi asli Indonesia. Dalam tradisi Jawa tahlilan dikenal sebagai selamatan. Ada dua kelompok dalam masyarakat Muslim terhadap tahlilan, yaitu kelompok pro dan kontra yang keduanya mewakili tradisi hukum dalam Islam. Kelompok pro mewakili aliran yang mendasarkan pada kemaslahatan atau ijtihat, sedangkan kelompok kontra mewakili aliran yang mendasarkan pada nas. Menurut Druskheim masyarakat merupakan fungsi dari agama. Pendekatan structural fungsional ini melihat dari tinggi rendahnya integrasi kohesi serta sangsi-sangsi moral yang mewarnai kehidupan keagamaan. Gejala-gejala semakin meningkatnya kelompok kontra sebagai pertanda defungsionalisasi tahlilan dalam masyarakat. Karena bacaan-bacaan tahlilan berfungsi membentengi dan meningkatkan kualitas rohani pembacanya maka semakin tinggi bacaan dilakukan semakin tinggi emosi dan ghirah spiritual keagamaannya. Karenanya bila tingkat emosi dan ghirah spiritualnya rendah kebiasaan tahlilan semakin defungsional. Ditinjau dari segi materinya unsur bacaan merupakan mutiara yang berguna untuk menjaga kerokhanian sedangkan unsur sedekahnya sebagai perekat integrasi kohesi sosial. Karenanya sebenarnya, tahlilan merupakan tradisi yang bermanfaat dipertahankan. Agar dapat berfungsi kembali tahlilan perlu direnovasi karena dalam bidang meamalah dan inovasi sangat terbuka. |
No comments:
Post a Comment