16 October, 2007
By Saman UI
Bangsa Indonesia dengan ciri yang penuh keberagaman dari berbagai penjuru mulai dari Sabang sampai Merauke, keanekaberagaman ini tidak lepas dari khasanah bangsa yang ada sejak nenek moyang dulu. Mulai dari kebudayaan, tradisi, makanan khas sampai ke masalah sosial maupun agama. Baru-baru ini sekitar satu bulan berbagai berita baik media cetak dan elektronik kian menunjukkan keberagaman itu sendiri berhubung kita umat muslim baru saja melewatkan bulan Ramadhan 1428 H. Di sebuah pelosok tanah air Indonesia wilayah timur, tepatnya di pinggiran Danau Mawang, Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan terdapat sebuah jamaah Islam yang baru-baru ini kian mencuat ke atas publik, siapa dia? Dengan bercirikan penampilan yang serba hitam, berambut pirang sebahu dan serban hitam yang berpadukan putih serta cadar bagi sebagian kaum ibu, itulah An-Nadzir.
An-Nadzir (pemberi peringatan) itulah sebuah majelis yang mereka sebutkan dengan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist dan mereka sangat sensitif bila disebutkan dengan aliran sesat atau aliran yang tidak tentu karena mereka meyakini bahwa jamaah An-Nadzir telah konsisten dengan Al-Quran dan Hadist. Sedikit cerita mengenai keberadaan mereka di sebuah pemukiman yang terpencil di Kabupaten Gowa 20 kilometer dari kota Makassar, dari berbagai sumber dipercaya dan beberapa media awal kemunculan jamaah ini adalah dari seorang Syech Muhammad Al Mahdi Abdullah yakni Imamnya ajaran An-Nadzir yang asalnya imam tersebut tidak diberitakan dari mana. Syech Muhammad Al Mahdi Abdullah sendiri masuk ke daerah Gowa pada tahun 1998 hingga sekarang telah ada sebanyak 500 jemaah lebih dari pengikut An-Nadzir, mereka tidak hanya tersebar di Gowa Sulawesi Selatan melainkan telah mulai merambah keberbagai wilayah di Indonesia seperti Medan (Sumatera Utara), Jakarta, Palopo bahkan beberapa ada di luar negeri.
Ada beberapa hal yang membuat mereka berbeda dari umat Islam pada umumnya selain dari bentuk ciri-ciri yang disebutkan di atas. Tepatnya pada bulan Ramadhan kali ini, jamaah ini memang memiliki sorotan penting dari berbagai media dan publik terutama mengenai hal ibadah yang mereka lakukan sepanjang bulan Ramadhan. Sebut saja dari segi berpuasa, shalat sunat tarawih sampai penentuan 1 Syawal 1428 H yang jauh berbeda dengan ormas Islam seperti Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama. Bila anda ingin membacanya lebih lanjut silakan melihat rujukan-rujukan di sini atau ini.
Sebenarnya banyak kalangan umat Islam di Indonesia pada umumnya yang masih penasaran dengan keberadaan jamaah An-Nadzir di Gowa Sulawesi Selatan. Melihat dari keterkaitan dengan Imam Mahdi yakni sebagai imam akhir zaman yang mereka tunggu selama ini, membuat jamaah ini terasa asing di berbagai kalangan. Karena bila kita pernah mencermati berita-berita yang terkait dengan Imam Mahdi di dunia ini, seperti di negara Jordania pernah terdengar bahkan ada orang yang mengaku sebagai Imam Mahdi. Tentunya hal tersebut sungguh aneh, kedatangan seorang Imam yang diakui oleh dirinya sendiri. Wallahu’alam.[red]
Retrieved from: http://samanui.wordpress.com/2007/10/16/jamaah-an-nadzir-gowa-sulawesi-selatan/
By Saman UI
Bangsa Indonesia dengan ciri yang penuh keberagaman dari berbagai penjuru mulai dari Sabang sampai Merauke, keanekaberagaman ini tidak lepas dari khasanah bangsa yang ada sejak nenek moyang dulu. Mulai dari kebudayaan, tradisi, makanan khas sampai ke masalah sosial maupun agama. Baru-baru ini sekitar satu bulan berbagai berita baik media cetak dan elektronik kian menunjukkan keberagaman itu sendiri berhubung kita umat muslim baru saja melewatkan bulan Ramadhan 1428 H. Di sebuah pelosok tanah air Indonesia wilayah timur, tepatnya di pinggiran Danau Mawang, Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan terdapat sebuah jamaah Islam yang baru-baru ini kian mencuat ke atas publik, siapa dia? Dengan bercirikan penampilan yang serba hitam, berambut pirang sebahu dan serban hitam yang berpadukan putih serta cadar bagi sebagian kaum ibu, itulah An-Nadzir.
An-Nadzir (pemberi peringatan) itulah sebuah majelis yang mereka sebutkan dengan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist dan mereka sangat sensitif bila disebutkan dengan aliran sesat atau aliran yang tidak tentu karena mereka meyakini bahwa jamaah An-Nadzir telah konsisten dengan Al-Quran dan Hadist. Sedikit cerita mengenai keberadaan mereka di sebuah pemukiman yang terpencil di Kabupaten Gowa 20 kilometer dari kota Makassar, dari berbagai sumber dipercaya dan beberapa media awal kemunculan jamaah ini adalah dari seorang Syech Muhammad Al Mahdi Abdullah yakni Imamnya ajaran An-Nadzir yang asalnya imam tersebut tidak diberitakan dari mana. Syech Muhammad Al Mahdi Abdullah sendiri masuk ke daerah Gowa pada tahun 1998 hingga sekarang telah ada sebanyak 500 jemaah lebih dari pengikut An-Nadzir, mereka tidak hanya tersebar di Gowa Sulawesi Selatan melainkan telah mulai merambah keberbagai wilayah di Indonesia seperti Medan (Sumatera Utara), Jakarta, Palopo bahkan beberapa ada di luar negeri.
Ada beberapa hal yang membuat mereka berbeda dari umat Islam pada umumnya selain dari bentuk ciri-ciri yang disebutkan di atas. Tepatnya pada bulan Ramadhan kali ini, jamaah ini memang memiliki sorotan penting dari berbagai media dan publik terutama mengenai hal ibadah yang mereka lakukan sepanjang bulan Ramadhan. Sebut saja dari segi berpuasa, shalat sunat tarawih sampai penentuan 1 Syawal 1428 H yang jauh berbeda dengan ormas Islam seperti Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama. Bila anda ingin membacanya lebih lanjut silakan melihat rujukan-rujukan di sini atau ini.
Sebenarnya banyak kalangan umat Islam di Indonesia pada umumnya yang masih penasaran dengan keberadaan jamaah An-Nadzir di Gowa Sulawesi Selatan. Melihat dari keterkaitan dengan Imam Mahdi yakni sebagai imam akhir zaman yang mereka tunggu selama ini, membuat jamaah ini terasa asing di berbagai kalangan. Karena bila kita pernah mencermati berita-berita yang terkait dengan Imam Mahdi di dunia ini, seperti di negara Jordania pernah terdengar bahkan ada orang yang mengaku sebagai Imam Mahdi. Tentunya hal tersebut sungguh aneh, kedatangan seorang Imam yang diakui oleh dirinya sendiri. Wallahu’alam.[red]
Retrieved from: http://samanui.wordpress.com/2007/10/16/jamaah-an-nadzir-gowa-sulawesi-selatan/
No comments:
Post a Comment